A. KONSEP MEDIK
1. Definisi Fraktur Radius
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2002, hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada
tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner
& Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).
2. Klasifikasi Fraktur
1.
Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak
menonjol keluar melewati kulit.
2.
Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke
tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga
berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3
berdasarkan beratnya fraktur.
·
Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang
minimal kurang dari 1 cm.
·
Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan
luka memar pada otot.
·
Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan
kerusakan pada pembuluh darah.
3.
Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari posisi
normal.
4.
Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang
mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga green stick
atau fraktur hickoristik.
5.
Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6.
Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok,
seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar 45o)
pada batang atau sendi pada tulang.
7.
Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8.
Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9.
Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
2. Anatomi Fisiologi Tulang Radius
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan
fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit), yang tertimbun pada
matriks garam (hidroksia patit) yang tertmbun pada matriks kolagen dan
proteaglikan matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid.
(Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II, Edisi 4, Penerbit EGC, 1995).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit
mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan
osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi
matriks tulang.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteum (unit matriks tulang).
Osteoklas adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorbsi dan remodeling tulang.
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna. Ujung
atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan
dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius
bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher dan di
bawah serta di sebeelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan
pada tendon dan insersi otot bisep.
Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit
dan lebih bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang
seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan pronator yang letaknya dalam
di sebelah anterior dan di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan
supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan.
Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam
formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius berbendi
dengan ska foid dan tulang semilunar dalam formasi persendian pergelangan
tangan. Permukaan persendian di sebelah medial dari yang bawah bersendi dengan
kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-ulna inferior. Sebelah lateral
dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.
Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang
radius adalah untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga
posisi dan kesejajaran anatomik yang baik.
Proses Penyembuhan Tulang
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi
endokondial ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal
dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada beberapa
tahapan dalam penyembuhan tulang :
1.
Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila
ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen
tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera
kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap
inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan
dan nyeri.
2.
Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel, sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang.
3.
Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai
sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan
dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan
volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung berhubungan
dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.
4.
Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah
tulang melalui proses penulangan endokondrial.
5.
Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang
melibatkan tulang kompak dan kanselus - stres fungsional pada tulang.
3. Etiologi Fraktur Radius
Penyebab paling umum fraktur adalah :
-
Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain :
kecelakaan lalu lintas/jatuh.
-
Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan
penyakti seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.
4. Patofisiologi Fraktur Radius
Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi
siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan
gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan
pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan
dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius
dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik
radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian,
biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau
menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan
sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang
panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam
pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak.
Apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter
emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan
aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat
menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan
kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang
(fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang
fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa
baal dan kelemahan.
5. Tanda dan Gejala Fraktur Radius
a.
Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah
bila ditekan/diraba.
b.
Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
c.
Spasme otot.
d.
Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan
pada keadaan normal.
e.
Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
f.
Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi
jepitan syarat oleh fragmen tulang.
g.
Krepitasi jika digerakkan.
h.
Perdarahan.
i.
Hematoma.
j.
Syok
k.
Keterbatasan mobilisasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Radius
a.
Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
b.
Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan
operasi antara lain :
-
Darah lengkap
-
Golongan darah
-
Masa pembekuan dan perdarahan.
-
EKG
-
Kimia darah.
7. Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani
fraktur :
a.
Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan
yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan
ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan
bidai.
b.
Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
-
Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
-
Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi
tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi
maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan
pembedahan.
c.
Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur
pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d.
Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan
fungsi normal.
e.
Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.
8. Komplikasi Fraktur Radius
a.
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.
Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.
b.
Sindroma kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.
c.
Tromboemboli
d.
Infeksi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-
Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.
-
Adanya kegiatan yang beresiko cedera.
-
Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.
b. Pola nutrisi metabolik
-
Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.
c. Pola tidur dan istirahat
-
Pola tidur terganggu karena nyeri.
d. Pola aktivitas dan latihan
-
Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang
beraktivitas/kecelakaan lain.
-
Tidak kuat menahan beban.
-
Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang
kontraktur.
e. Pola persepsi dan kognitif
-
Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur
-
Mengeluh kesemutan/baal
-
Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur
tindakan.
f. Pola konsep diri dan persepsi diri
-
Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.
-
Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas
seperti sebelumnya.
g. Pola hubungan peran
-
Peran terganggu karena adanya nyeri.
-
Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban
memenuhi kebutuhan keluarga.
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.
-
Ekspresi sedih
-
Merasa terasing di rumah sakit.
-
Kaji kecemasan klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Pre-Operasi
1)
Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2)
Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera
jaringan sekitar.
3)
Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka
kerusakan jaringan lunak.
4)
Gangguan pola tidur b.d nyeri.
b.
Post Operasi
1)
Nyeri b.d luka operasi.
2)
Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d
immobilisasi.
3)
Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
4)
Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
5)
Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat
aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
6)
Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan
bentuk fisik atau tubuh.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre-Operasi
1.
Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
HYD :
-
Nyeri berkurang atau terkontrol
-
Klien mengatakan nyeri berkurang.
-
Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1)
Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2)
Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas,
karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3)
Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga mengurangi
rasa nyeri.
4)
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5)
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang yang cedera.
6)
Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada otak dan
jaringan perifer.
2.
Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera
jaringan sekitar.
HYD :
-
Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.
-
Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1)
Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
R/ Menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
2)
Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Sebagai data dasar dalam melakukan tindakan keperawatan.
3)
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien mengefektifkan tercapainya hasil
dari tindakan keperawatan.
4)
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
R/ Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri dengan
cepat.
5)
Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien.
R/ Membantu memenuhi kebutuhan klien.
3.
Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka
kerusakan jaringan lunak.
HYD :
-
Infeksi tidak terjadi
-
Tidak ada kemerahan, pus, peradangan
-
Leukosit dalam batas normal
-
Tanda-tanda vital stabil.
Rencana Tindakan :
1)
Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2)
Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
3)
Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam luka.
4)
Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat perkembangbiakan bakteri.
5)
Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya bakteri.
b. Post-Operasi
1.
Nyeri b.d luka operasi
HYD :
-
Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
-
Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1)
Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
2)
Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik
nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3)
Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri.
4)
Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai
anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah.
5)
Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6)
Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
2.
Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau
fiksasi.
HYD :
-
Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi.
-
Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1)
Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.
2)
Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara
mandiri.
R/ Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.
3)
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien yang baik mengefektif-kan
pencapaian hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
4)
Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan sendiri.
5)
Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan membantu dalam
mencapai hasil yang diharapkan.
6)
Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara
bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan.
3.
Resiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d
immobilisasi.
HYD :
-
Komplikasi setelah operasi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1)
Kaji keluhan klien
R/ Mengetahui masalah klien.
2)
Observasi tanda-tanda vital (TD, N)
R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.
3)
Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap
R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran darah.
4)
Kolaborasi dengan dokter.
R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.
4.
Resiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
HYD :
-
Infeksi post operasi tidak terjadi.
-
Klien tidak mengalami infeksi tulang.
Rencana Tindakan :
1)
Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya infeksi.
2)
Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.
3)
Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.
4)
Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
5)
Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya bakteri.
5.
Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas
yang boleh dilakukan dan perawatan di rumah b.d kurang informasi.
HYD :
-
Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan
dan perawatan saat di rumah.
Rencana Tindakan :
1)
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2)
Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan
pasif dan aktif secara teratur.
R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah terjadinya
kontraktur pada tulang.
3)
Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.
4)
Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat
waktu.
R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.
5)
Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada
tangan yang fraktur.
R/ Mencegah stres tulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar